12 Jurus Wali Mabuk Ilahi : Gila Super Consciousness Gilanya Para Nabi

Gila ada dua, gila di wilayah superconsciousness dan gila di wilayah sub consciousness. Jadzab merupakan salah satu bentuk dari The Altered states os consciousness (Vaitl et al. 2005). Karena gila yang model ini adalah gila yang dia kesadarannya berada di atas kesadaran pada umumnya. Kenapa orang dzikir bisa menyebabkan gila, karena jika dzikirnya benar maka dia akan semakin sadar akan siapa dirinya dan semakin patuh kepada Allah SWT Kalau jadzab itu menjadikan dia semakin jauh dari Allah SWT artinya dia meninggalkan shalat, tidak mau beraktivitas, tidak menjalankan amanah sebagaimana mestinya maka itu bukan jadzab. Bisa jadi dia dzikir kemudian melakukan ritual dzikir untuk mencari jalan keluar tapi tanpa bimbingan sehingga dia masuk alam bawah sadarnya sendir dan akhirnya tidak dapat keluar dari alam bawah sadar dan selajutnya dia di vonis gila, dan kalau parah bisa masuk ke jenis schizoprenia (Bassett et al. 2012).

Maka dalam dzikir nafas kita selalu menuju kepada kesadaran yang tinggi (Zeman 2001). Bukan mengarah kepada kesadaran rendah. Kesadaran tinggi akan melampui kesadaran orang pada umumnya dan kesadaran ini akan mempengaruhi alam pikiran dan alam perasaan kita, tapi kita sadar dengan sepenuhnya (Bayne 2011). Menurut Bayne (2011) kesadaran unity akan membuat seseorang bisa menyadari apa apa yang tidak disadari oleh orang disekitarnya. Dia bisa menyadari keadaan keadaan yang orang lain tidak mampu menangkapnya. Nah inilah yang dialami oleh orang orang beriman dimana firasat mereka lebih tajam dari pada firasatnya orang lain. Diatakan dalam hadis bahwa orang beriman melihat dengan nur ilahi.

Penglihatan dengan Nur Ilahi bermakna kesadaran orang beriman akan tertuju kepada Allah, Allah yang mana Allah yang tidak sama dengan apapun dalam sifatnya yang laisa kamitslihi syaiun. Kesadaran yang selalu bertingkat dan bertingkat (Bayne et al. 2016), karena prinsipnya adalah meniadakan dan meniadakan sebab yang ada hanya Allah, dan yang ada ini tidak akan pernah kita temukan di alam pikiran atau alam persepsi kita. Kesadaran inilah yang  nanti akan membedakan kebenaran islam dengan yang lain. Sebab Tuhan yang kita yakini adalah Allah yang tidak bisa kita persepsikan, Tuhan yang tidak ada dalam pikiran kita, kalau dalam pikiran kita saja tidak ada berarti dalam alam nyata lebih tidak adalagi, karena yang di alam pikiran dan alam nyata adalah ciptaan Allah.

Menjadi gila di wilayah superconsiousness adalah masalah pribadi, orang lain mau percaya atau tidak silahkan. Para Nabi dan Rasul pun ketika di wilayah ini Beliau sangat cuek, peduli amat dengan umatnya, kalau mau percaya ya silahkan dan kalau enggak ya silahkan (Al Qolam ayat 51). Bahkan Allah sangat jelas membela Para Nabi seperti yang tertuang di surat Al Qolam ayat 6, bawha nanti akan terbukti sebenarnya siapa yang benar benar gila, para Nabi dan Rasul atau orang orang yang tidak percaya dengannya. Kisah para nabi dan rasul adalah pelajaran bagi kita, pelajaran pelajaran kegilaan yang sedang kita pelajari bersama sangat mungkin menjadi bahan olok olokan di sana, dan Allah pun menegaskan kepada kita untuk berbuat sabar atas mereka.

 

Bibliografi

Al Quranul Karim

Bassett, D. S., Nelson, B. G., Mueller, B. A., Camchong, J. & Lim, K. O. 2012. Altered resting state complexity in schizophrenia. NeuroImage 59(3): 2196–2207. doi:10.1016/j.neuroimage.2011.10.002

Bayne, T. 2011. The Unity of Consciousness. The Unity of Consciousness. doi:10.1093/acprof:oso/9780199215386.001.0001

Bayne, T., Hohwy, J. & Owen, A. M. 2016. Are There Levels of Consciousness? Trends in Cognitive Sciences. doi:10.1016/j.tics.2016.03.009

Vaitl, D., Birbaumer, N., Gruzelier, J., Jamieson, G. A., Kotchoubey, B., Kübler, A., Lehmann, D., et al. 2005. Psychobiology of Altered States of Consciousness. Psychological Bulletin 131(1): 98–127. doi:10.1037/0033-2909.131.1.98

Zeman, A. 2001. Consciousness. Brain : a journal of neurology 124(Pt 7): 1263–1289. doi:Doi 10.1093/Brain/124.7.1263