Pengaruh sosial dalam ramadhan

sudah tahu bahwa sunah nabi bahwa buka puasa itu 3 kurma dengan seteguk air, gara gara mengikuti acara buka bersama dengan yang lain baik itu di masjid atau di restoran maka sunah nabi jadi bubar…. ini merupakan pengaruh sosial. maka sebisa mungkin menghindari acara buka bersama. Katanya tidak ingin bidah … tapi mengapa amal ibadah yang sederhana saja seperti buka puasa dilanggar.

tarweh dilakukan berjamaah … padahal sudah pasti bahwa shalat berjamaah tarweh tidak dicontohkan Rasulullah, dan pasti membuat shalat tidak dapat tumakninah. Bagaimana mau menjalankan shalat yang istirahat seperti arti dan makna tarweh itu sendiri bahwa tarweh adalah istirahat. yang di dapat bukannya istirahat tapi malah capek. sekali lagi ini adalah pengaruh sosial. Coba kalau shalat sendiri bisa menjalankannya dengan penuh “isitrahat”. shalat dengan mengendorkan seluruh otot otot nya. Siang hari bekerja dan puasa malamnya shalat dengan cara istirahat… kan enak.

pengaruh sosial lain adalah pada saat tadarusan. Orang dikatakan hebat kalau bisa membaca quran dengan cepat. bibirnya fasih bak orang arab. semakin cepat maka semakin baik. dia orang yang pandai mengaji… mengaji diartikan dengan membaca cepat. Semua pada berlomba untuk mempercepat bacaan, yang bisa khatam kurang dari sebulan dikatan hebat… hebat sudah membaca satu al quran… kalau kita lihat .. untuk apa ? hanya membaca tanpa mendapatkan makna tanpa mendapatkan mukjizat al quran. Katanya dapat pahala… ya itu keyakinan saja monggo terserah, tapi yang pasti tidak ada perintah membaca cepat. Pengaruh sosial ini sangat berbahaya karena orang akan terbawa suasana “lomba” membaca al quran, yang pada akhirnya tidak akan mendapatkan apa apa bahkan hanya akan mendapatkan rasa bangga saja bahwa malam ini saya sudah membaca sekian juz.

nah itulah beberapa pengaruh sosial yang sangat mengganggu ibadah bulan ramadhan. masak ibadah puasa dari puluhan tahun bahkan ratusan tahun begitu begitu saja tidak ada satu perubahan dalam beribadah. bagaimana kita dapat menjadi lebih baik kalau perilaku ibadah kita dari dulu hingga sekarang hanya sebatas ritual tanpa makna. umat islam ini banyak tapi kalau ibadah saja tidak merubah akhlak dan perilaku bagaimana akan menjadi lebih baik. maka wajar sajalah kalau islam tertinggal 1000 langkah dengan negara negara non islam.

saya menulis fakta ini pun pasti banyak yang jenggot nya terbakar dan menolak kebenaran yang saya bawakan. Paradigma puasa artifisial ini tidak hanya di kalangan bawah tapi juga elit islam. Kita lihat saja masih banyak tempat tempat pendidikan islam seperti pondok pesantren misalnya, masih menjalankan ritual puasa yang saya tulis di atas. ini kan parah bagaimana mungkin islam ini berubah kalau kalangan elit pesantren saja masih seperti itu. dan tidak hanya pesantren saja kalau kita lihat di mayoritas tempat ibadah islam masih menjalankan hal demikian.