Berdakwah itu Mengikuti Allah bukan mengikuti pikiran atau hati

Sudah beberapa kali saya menulis tentang hal ini, dan selalu mengingatkan saya sendiri. Pernah baca ayat quran yang intinya adalah “jangan mengikuti orang umum” dan ternyata memang benar karena orang umum itu hanya mengikuti trend, mengikuti apa apa yang sedang banyak terjadi. Padahal awalnya orang umum pun juga tidak begitu suka dengan hal itu. Berdakwah bukanlah mengikuti umumnya apa yang sedang terjadi di masyarakat luas.

logikanya begini, dunia ini selalu mengalami perubahan sekecil apapun perubahan itu tetap terus berubah dan berubah, kadang perubahan itu sangat cepat. Nah kita kalau berdakwah mengikuti Allah, maka Allah akan mempersiapkan apa apa yang akan terjadi. jadi Da’i yang demikian akan nampak aneh bagi orang umum, sebab dia memang sedang dipersiapkan Allah untuk menghadapi perubahan yang ada nanti. Dan setelah terjadi sebenarnya maka Da’i tersebut dipersiapkan untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi kedepannya dan ini dianggap aneh lagi oleh orang umum.

Dibuat demikian oleh Allah, Da’i model begini harus benar benar lurus ke Allah dan pasrah total kalau tidak pasti tidak kuat, karena dia akan selalu di anggap orang yang aneh. Bahkan tidak hanya oleh orang lain oleh keluarganya sendiri saja dia akan dianggap orang yang tidak wajar. Tapi mereka akan memahami setelah beberap waktu berlalu dan keadaan sesuai dengan apa yang sebelumnya dikerjakan Da’i tersebut.

Dinamika Da’i yang demikian menjadi suatu konsekwensi karena mengikuti kehendak Allah secara total tidak mengikuti kehendak siapapun.

Tapi, Allah pun sangat sayang dengan Da’i yang demikian, Allah selalu menjadi pendampingnya dan akan memberikan pertolongan secara tak terduga dengan da’i ini dan ini akan semakin memperkuat dia untuk terus melanjutkan tugasnya sebagai da’i.

Saking sayangnya Allah kepada dia, maka Allah betul betul memprotek dia dari sikap sombong. bentuk proteksi ini cara Allah agak unik memang, Da’i tersebut tidak diijinkan untuk menduakan Allah dengan ilmu nya, menduakan Allah dengan jamaahnya, menduakan Allah dengan metode dan strategi dakwahnya, menduakan dengan hafalan hafalan hebat dalam dirinya. Maka seringkali dia dibuat agar orang tidak percaya, agar orang tidak mau mengikuti dia… Dan biasanya Da’i ini paham sekali dengan kehendak Allah, sehingga dia berusaha untuk menghindari hal hal yang dapat membuat Allah memperingatkan dirinya.