Peran seorang ayah

apakah anda seorang ayah, baik kita diskusikan apa peran seorang ayah terhadap keluarga. Peran ini mungkin jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Peran itu adalah peran spiritual untuk anak anak dan istrinya.  Seorang ayahnya biasanya dalam keluarga tidak banyak bicara kepada anak anak, mungkin tidak seperti ibunya yang cerewet ini dan itu untuk kebaikan anak. Untuk seorang ayah, diamnya bukan berarti tidak ngapa ngapain kan, diamnya seorang ayah karena dalam dirinya ada Sang Cipta Rasa yang selalu di ON kan untuk keluarganya, baik itu untuk istrinya untuk anak anaknya.

Setiap pagi sebelum subuh ayah pergi ke mushalla atau menggelar sajadah di salah satu ruang rumahnya, kemudian menjalankan shalat dua rakaat dan duduk timpuh untuk melakukan cipta kesadaran dengan cara membangkitkan Sang Cipta Rasa. Seorang ayah mulai mencipta kesadarannya terjadap istrinya tentu dengan subhanallah alhamdulillah dan allahu akbar, seorang ayah diam beberapa waktu untuk  mencipta istrinya . Kemudian berganti yang dicipta adalah anak pertama nya anak kedua anak ketiga, anak keempat dan seterusnya.

Seorang ayah dengan kekuatan cipta kesadarannya dengan subhanallah alhamdulillah allahu akbar, menanamkan untuk istri dan anaknya. Ibarat seorang empu pembuat keris, seorang ayah menempa anak dan istrinya dengan kekuatan cipta kesadaran yang Allah anugerahkan padanya. Pada titik ini, apa yang dilakukan seorang ayah lebih dari pada sebuah doa doa. Dia sudah melakukan pendidikan spiritual kepada istri dan anak anaknya. Allah akan turun tangan mendidik anak dan istrinya, karena sikap seorang suami yang mencipta kesadarannya melalui Sang Cipta Rasa.  Dan benar Allah membentuk sikap perilaku ayah menjadi berubah kepada anak anak dan istrinya, sehingga perilaku ini menyebabkan sikap anak anak dan istrinya juga berubah, selain memang Allah sudah merubah anak dan istrinya, berkat cipta kesadaran yang dilakukan ayah setiap pagi sebelum subuh.

baru setelah sipta kesadaran terhadap anak dan istrinya barulah ayah mencipta kesadaran terkait dengan pekerjaan, rumah, kendaraan dan amanah lainnya. agar semua amanah yang ia emban dapat berjalan sesuai dengan apa yang Allah inginkan.

 

4 Pilar Membina Keluarga

4 Pilar membina keluarga, Pilar yang pertama adalah Amanah. Ikatan keluarga adalah ikatan dunia akhirat, kecuali suami dan istri, karena bisa saja bisa karena perceraian. Tapi kalau antara orang tua dan anak atau antara suami istri akan terbawa sampai nanti di akhirat. Untuk itu memegang amanah ini tentunya sampai  akhir hayat. orang tua yang diamanahi anaka maka tanggung jawabnya sampai akhir hayat orang tua tersebut, demikian juga jika anak mendapat amanah orang tua maka tanggung jawabnya juga sampai akhir hayat. Sesulit apapun hubungan antara anak dan orang tua maka amanah ini harus tetap di pegang, kita ingat bahwa lawan amanah adalah khianat jadi jika kita sengaja melepas amanah maka perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

yang kedua adalah silaturahmi, silaturahmi terdiri dari dua kata yaitu silatun artinya sambung dengan rahmi artinya kasih sayang. Setelah menerima amanah keluarga selanjut adalah menjaga hubungan kasih sayang. Hubungan suami istri dengan kasih sayang, menjaga hubungan orang tua – anak dengan kasih sayang . Saya sering melihat seorang penyayang binatang, misalnya penyayang hewan kucing, pemilik hewan tersebut dengan silaturahminya mampu membuat kucing menjadi manja dengan dia, bahkan harimau pun bisa tunduk dengan pemiliknya yang menyambungkan kasih sayangnya. Orang tua kepada anak, tentunya lebih bisa menjalin hubungan kasih sayang, meski anak anak sudah besar sudah dewasa bahkan sudah menikah, orang tua tetap wajib menyalurkan kasih sayangnya, misalnya dengan menanyakan sudah makan belum ketika dia sampai dirumah, menanyakan bagaimana pekerjaanmu, menanyakan kesehatan atau mendoakan jaga kesehatan mu ya … ini berlaku untuk orang tua tidak hanya ibu tapi juga Bapak. Dengan sambungan silaturahmi ini maka akan terjadi saling paham , saling mengerti keinginan masing masing, sehingga apa yang diinginkan orang tua anak paham atau sebaliknya, apa yang diingankan anak orang tua paham , tanpa harus berucap kata kata aku ingin aku ingin itu.

yang ketiga adalah, redha. Redha terdiri dua yaitu sadar dan menerima. Orang tua harus benar benar menyadari keadaan anak dan menerima apapun keadaan anak. demikian pula anak juga harus sadar dengan keadaan orang tua dan menerima apapun keadaan orang tua. saling redha akan menumbulkan kebahagiaan keluarga dan akan menghilangkan segala hal yang tidak menyenangkan dalam keluarga. ada satu hadis yang menyebutkan bahwa redha Allah tergantung redha orang tua, artinya bahwa Allah akan redha dengan anak jika orang tuanya redha, sebaliknya jika orang tua tidak redha maka Allah juga tidak redha kepada anak. coba dapat kita bayangkan jika Allah tidak redha kepada anak, maka dia akan semakin sengsara hidupnya dan selalu bikin masalah di keluarga, tapi jika Allah redha dengan anak maka mudah bagi Allah untuk membuat anak itu menjadi baik, dan bahagia hidupnya. Semoga bagi orang tua termasuk saya ini, dijadikan Allah menjadi orang tua yang selalu redha kepada Anak.

yang terakhir adalah Syukur, bersyukur Allah telah memberi anak , bersyukur kepada Allah karena telah memberi pasangan hidup, bersyukur kepada Allah karena masih bisa bersama dengan orang tua,  maka dengan syukur ini Allah akan tambahkan nikmat berkeluarga, jika anak kita berikan penghargaan, anaka kita hargai maka dia akan menjadi anak yang berperilaku terpuji karena orang tua telah ajarkan bagaimana menghargai orang lain, orang tua yang selalu di syukuri anak maka orang tua akan bahagia hidupnya, karena perjuangan nya membesarkan anak anak, terasa mendapatkan balasan yang baik dari anak anaknya dan ini akan menjadikan kebahagiaan orang tua yang akan memperpanjang usianya tentunya. intinya bahwa jika kita bersyukur terhadap sesuatu maka Allah akan memberikan tambahan kebahagiaan. mensyukuri anak, maka Anak akan membuat kita bahagia, mensyukuri pasangan maka pasangan akan membuat kita lebih bahagia lagi.

itu tadi 4 pilar membina keluarga secara islam, yaitu amanah, silaturahmi, redha dan syukur. semoga keluarga kita bahagia dunia akhirat Amin.

manejemen Emosi dengan Dzikri Nafas : seri spiritual parenting

Orang tua dituntut untuk mampu untuk “tidak terpengaruh dengan emosi anak” kita lihat saja  ketika anak rewel minta ini dan itu, atau ini salah dan itu salah… orang tua jengkel. Orang tua yang jengkel berarti sudah terpengaruh oleh anak. Orang tua yang model begini tidak akan dapat membuat anak lebih baik, bahkan anak akan semakin rewel dan menjadi jadi.

saya sarankan bagi orang tua yang memiliki anak anak baik anak yang sudah dewasa remaja atau balita untuk belajar dzikir nafas, di dalam praktek dzikir nafas ada teknik relaksasi yang dapat membuat kita orang tua untuk “tidak terpengaruh dengan emosi anak”

cara praktisnya adalah dengan mengikuti nafas dan fokus pada sadar Allah maka otomatis pikiran dan perasaan anda akan terbawa pada kesadaran yang sedang anda lakukan yaitu sadar akan Allah.

nah ketika sudah tenang dengan Dzikir Nafas maka orang tua akan dapat menangani anak dengan benar dan Baik.

Ingat kisah sahabat Ali ketika Beliau diludahi ketika dalam perang, maka beliau mundur dan menata hati kemudian beliau maju perang lagi ketika hatinya sudah tertata. Demikian pula orang tua ketika menghadapi anak maka jangan menggunakan emosi jika sedang emosi maka mundur dulu dan tata emosinya setelah emosi reda kemudian hadapi anak dengan emosi yang tenang.