wa man ta’allama bighairi syaikhin, fa syaikhuhu asy-syaithan

barang siapa belajar tanpa syehk maka syehnya adalah syetan … kalimat ini tidak ada dasarnya, saya cari di hadis juga ada. maka dzikir nafas gurunya adalah Allah SWT, kalau gurunya Allah SWT maka jaminan selamat 100 persen. Tapi kalau gurunya manusia maka bisa saja hanya 75 persen atau hanya 50 persen atau bahkan malah bisa kurang dari itu. Dzikir nafas belajar bagaimana berguru kepada Allah sehingga perjalanan menuju kepada Allah langsung mendapat bimbingan Allah SWT. Pernyataan seperti judul diatas sering dilontarkan orang orang yang bergurunya tidak ke Allah, sehingga dzikir nafas yang langsung berguru kepada Allah selalu mendapat perkataan seperti judul diatas.

bisa jadi juga kalimat diatas adalah ke khawatiran para syehk dan murid muridnya karena paradigma berguru kepada Allah akan merusak tatanan yang sudah ada. tapi sayapun jika dikatakan demikian bahwa berguru saya kepada syetan ya saya marah besar… dan dzikir nafas harus saya bela… siapa bilang kalau dzikir nafas gurunya syetan … guru kita adalah Allah SWT. Bahkan saya akan balik menanyakan apakah ada jaminan berguru kepada manusia ? apakah manusia bisa menjamin diakhirat nanti? para Nabi saja diakhirat kelak sibuk dengan beliaunya sendiri . masak yang bukan Nabi berani menjamin.

Agama islam ini diturunkan untuk dijalankan kita sudah banyak tahu… jangan terus menerus mencari ilmu dengan menggantungkan diri kepada manusia, sudah saatnya kita berguru kepada Allah SWT. Kita shalat sudah bisa …. dzikir juga sudah bisa… haji juga sudah jelas… sedekah tinggal ngluarin uang… mau apalagi … sekarang tinggal kita bergantung kepada Allah atau keapda syeh? atau kepada guru yang bukan Allah? Selama kita menduakan Allah dengan para syehk maka selama itu pula kita tidak akan bisa sampai kepada Allah SWT. Ingat bahwa Allah adalah maha pencemburu ..

kunci dari tulisan ini adalah “KEPADA SIAPA KITA BERGANTUNG” termasuk kepada siapa kita memercayakan diri kita. Kalau kita selalu nggendol kepada syehk maka ketahuilah bahwa syehk bergantung kepada Allah bukan kepada siapa siapa lalu kenapa kita tidak mencontoh apa apa yang dilakukan syehk tersebut. seharusnya kita bergantung kepada Allah seperti apa yang dilakuakn syehk bukan malah kita bergantung kepada syehk…

Baik semoga ini menjadi pelajaran bagi kita agar kita lurus dalam bertauhid.

8 Replies to “wa man ta’allama bighairi syaikhin, fa syaikhuhu asy-syaithan”

  1. setuju sekali ustadz,betapapun hebatnya seorang syech tetap saja ada peluang berbuat salah.semoga kita dijauhkan dari kesyirikan.Aamiin

  2. Bagaimana anda mnjamin bhw ilmu yg sdr dpt itu dr Allah murni..bukan dr otak dan pemikiran anda sendiri tanpa ke ilmuan yg benar 2 nyambung kpd Allah

  3. Maksudnya adalah guru yg bener, guru yg sanadnya jelas. Krn guru itulah yg bs menjelaskan Tek dan konteknya.
    Yg diberi wewenang utk menafsirkan Firman Allah adalah nabi – ulama.Bukankah Al ulama warosatul Ambiya.
    Contoh : siapa yg rajin sholat Dhuha dan baca surat waqiah, dia tdk akan miskin. Ini bhs nubuwah bukan bhs manusia biasa, yaitu kaya berarti banyak uang, dst.

Leave a Reply to Setiyo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.