Kuajak Ruh anak ketiga untuk bersaksi kepada Allah

Ada cerita menarik kelahiran anak saya yang ketiga ini. jam 11 malam tadi saya bersama istri ke rumah sakit yarsis tak jauh dari rumah. proses kelahiran bagi seorang Ibu sangat sakit meski saya tidak merasakan tapi dari kesakitan yang dirasakan istri bisa saya rasakan juga. Ada kekhawatiran muncul dari diri saya  ‘ya Allah lancarkan kelahiran anak saya….” semacam ada tarikan aneh dalam diri untuk tidak meminta kelancaran dalam melahirkan, tarikan itu mengarahkan saya untuk memohon keridloan Allah untuk kelahiran anak saya. Berulangkali saya memohon dilancarkan kelahiran tarikan untuk memohon keridloan semakin kuat dan itu.

Pada saat menit menit terakhir saya pun keluar ruangan, saat itu ketegangan pun memuncak saat itu reflek saya minta lancarkan dengan kekuatan patrap dzikir ke Allah, tapi aneh saya ditarik untuk tenang dengan memohon keridloan Allah begitu terus hampir sekitar 30 menit. Pada detik terakhir saat keluar bayi, seperti ada daya menarik yang sangat cepat dan kuat, menarik bayi tersebut keluar dari rahim, seperti imajinasi, seperti membayangkan tapi tidak membayangkan. dan selesainya tarikan itu selesai pula perjuangan istri mengeluarkan si bayi… dan saat itu terjadi terasa sangat mencerahkan sekali, subhanallah pelajaran ridlonya Allah yang ternyata jauh dari yang saya perkirakan. dan perawat dan bidan yang menanganinya heran kenapa proses kelahiran begitu cepat seperti “mencolot” “loncat”.

kemudian saya ambil air wudlu dan mengumandangkan adzan di telinga kanan dan iqomat ditelinga kiri. Saya ajak ruh anak saya untuk menyaksikan kembali bahwa Allah adalah Tuhan, Muhammad SAW adalah Rasul utusan Allah, dan saya ajak sholat menghadap Allah dan mendapatkan kebahagiaan.

Memaksakan diri untuk sabar dalam sholat

Cara praktis mendapatkan khusyu adalah dengan sabar ketika sholat. Jangan ikuti keinginan hati untuk cepat dalam sholat. Kebiasaan sholat cepat harus di rubah dengan niat yang sungguh sungguh sehingga sholat yang sabar ini akan menjadi “pemaksaan” terhadap diri. Bergerak sholat dengan sabar, membaca dengan sabar, diam dalam posisi sholat dengan sabar akan menimbulkan ketenangan pikiran, ketenangan inilah yang akan menjadikan diri kita lebih sensitif dalam menerima khusyu yang diturunkan Allah kepada kita.

Sabar ini harus benar benar dipaksakan dalam sholat, caranya adalah dengan mengabaikan dorongan dalam diri untuk mempercepat sholat Jika dalam sholat kita sabar dan ihlas maka kita akan dialiri oleh daya ketenangan dan kekhusyuan, dan kita akn merasakan betapa khusyu benar-benar pemberian Allah, bukan rekayasa pikiran kita. Ketika selesai sholat kita akan merasakan sebuah kebahagiaan hati yang sangat menenangkan.

dalam proses sabar ini kita jangan mengharapkan khusyu, cukup lakukan sabar saja. Terbetik pikiran sedikit saja tentang “kok tidak dapat khusyu ya?” maka akan merusak sistem dalam tubuh kita untuk menerima khusyu dari Allah, sehingga kita tidak dapat merasakan khusyu.

Manfaat lain dari pada menyabarkan dalam sholat adalah kta lebih sabar dalam menghadapi kehidupan, tidak tergesa-gesa dan lebih tenang.

kebingungan filsafat membahas amaliah islam

Islam sebenarnya tidak untuk dikaji, tapi diamalkan. pertanyaan anda pasti kan untuk menjalankan perlu dikaji? jawab saya tidak, logika itu terbalik, seharusnya dijalankan dulu baru dikaji, kajiannya pun tidak boleh melebihi apa yang sudah dilakukan.

orang orang ilmuwan agama islam  seringkali terjebak pada retorika agama yang mendalam namun kurang dalam pengalaman, apa yang dibahasnya jauh dari apa yang sudah diamalkan, sehingga menjadikan agama ini menjadi sulit dan rumit. Kitapun begitu juga belajar sesuatu yang jauh dari amaliah kita.

terlebih orang orang filosof islam yang mengkaji islam secara filosofis tapi minim amaliah. Orang orang ini lebih parah karena kadang dia mendasarkan kajiannya tidak berdasarkan agama yang sudah patent, dia lebih mengikuti alam pikiran yang kadang kesana kemari tanpa arah yang jelas.

maka tak jarang banyak filosof islam yang “terpaksa” meninggalkan sholat, meninggalkan zakat dan sebagainya. karena dia memepertanyakan dulu sebelum menjalankan. seandainya dia menjalankan dengan kesungguhan kemudian mendapatkan dan dibahas niscaya tidak akan bingung.

maka cara yang paling praktis untuk membahas amaliah islam kita sebaiknya mengamalkan dulu dengan terus menggali kedalaman ibadah yang sudah dilakukan (bukan yang belum dilakukan). jalankan dan jalankan. Pelajaran dari Allah tidak datang dari pikiran tapi pelajaran dari Allah akan datang jika kita mengamalkannya dengan kerendahan hati dan keihlasan karena Allah.